Cirebon : Adanya pengetatan dan larangan mudik pada lebaran tahun ini, dampaknya cukup dirasakan oleh ratusan porter di Stasiun Cirebon.
Pendapatan hariannya menurun drastis, bahkan mereka juga terkadang tidak bisa pulang membawa rupiah, karena minimnya jumlah penumpang yang naik kereta api.
Untuk bisa menutupi kebutuhan rumah tangganya, para porter terpaksa harus mencari pekerjaan lainnya.
Seperti yang dialami oleh Sugianto, ia terpaksa nyambi menjadi kuli bangunan. Terkadang, ia juga ikut menggarap sawah milik warga sekitar rumahnya.
"Tawaran apa saja saya terima. Pernah diajak jadi kuli bangunan dan nyawah," ujar Sugianto.
Menurut Sugianto, pendapatannya menjadi porter pada kondisi saat ini tidak bisa diharapkan. Apalagi, sebentar lagi ada larangan mudik, yang membuat kereta api reguler tidak beroperasi.
Hal serupa juga disampaikan Sunaryo, porter senior di Stasiun Cirebon ini, bernasib sama seperti Sugianto. Selama 14 tahun menjadi porter, Sunaryo mengaku baru kali ini mengalami kondisi seperti ini.
Sunaryo juga terpaksa mencari pekerjaan untuk menunjang penghasilannya. Saat ini, Sunaryo juga dipercaya untuk menjadi keamanan keliling disalah satu perumahan di Cirebon.
Karena menurut Sunaryo, dengan jumlah penumpang kereta yang menurut cukup signifikan, ditambah jumlah porter yang ada di Stasiun Cirebon yang cukup banyak, membuat penghasilan sebagai porter saat ini, tidak bisa diandalkan.
"Ada sekitar 120 porter di stasiun ini (Cirebon), tapi jumlah penumpangnya sedikit," ujar Sunaryo.
Ia tidak kecewa dengan adanya kebijakan mudik yang diterapkan oleh pemerintah. Karena Sunaryo juga memahami tujuan dari kebijakan tersebut.
Sunaryo hanya berharap, pandemi covid 19 ini bisa segera berakhir. Agar segala aktivitas masyarakat bisa kembali normal.
"Semoga segera berakhir covidnya," kata Sunaryo.
No comments:
Post a Comment